PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam kebijakan
publik terdapat beberapa teori yang
diantaranya adalah toeri rasional komprehensif
yang didalamnya terdapat Proses
kebijakan publik yang pada dasarnya merupakan
suatu proses pemecahan masalah secara kolektif. Proses ini dapat dipahami sebagai sebagian dari proses politik, karena melibatkan banyak aktor dalam setiap tahap proses kebijakan. Sebagai proses politik, maka dibutuhkannya model-model tertentu yang melibatkan teori inkremental, dengan pertimbangan politik dan toeri masing-masing. Juga didalamnya terdapat ciri-ciri yang hal itu menjelaskan tentang akibat dari teori dan model-model tertentu yang mempunyai karakteristik masing-masing. Dalam hal ini kebijakan publik yang semula dianggap mementingkan kepentingan diri sendiri ternyata menggaris bawahi aturan yang notabeni demi kepentingan bersama dan hak masing-masing. Juga mempunyai alternatif tertentu. Akan tetapi, harus melihat pada manfaat dan tidaknya alternatif yang digunakan. Itu juga terdapat dalam teori yang mengedepankan karakteristiknya. Termasuk dalam teori kelembagaan yang semestinya menjujung tinggi hak dan keputusan yang telah menjadi aturan.
suatu proses pemecahan masalah secara kolektif. Proses ini dapat dipahami sebagai sebagian dari proses politik, karena melibatkan banyak aktor dalam setiap tahap proses kebijakan. Sebagai proses politik, maka dibutuhkannya model-model tertentu yang melibatkan teori inkremental, dengan pertimbangan politik dan toeri masing-masing. Juga didalamnya terdapat ciri-ciri yang hal itu menjelaskan tentang akibat dari teori dan model-model tertentu yang mempunyai karakteristik masing-masing. Dalam hal ini kebijakan publik yang semula dianggap mementingkan kepentingan diri sendiri ternyata menggaris bawahi aturan yang notabeni demi kepentingan bersama dan hak masing-masing. Juga mempunyai alternatif tertentu. Akan tetapi, harus melihat pada manfaat dan tidaknya alternatif yang digunakan. Itu juga terdapat dalam teori yang mengedepankan karakteristiknya. Termasuk dalam teori kelembagaan yang semestinya menjujung tinggi hak dan keputusan yang telah menjadi aturan.
Proses
kebijakan publik, juga dapat dipahami sebagai proses rasional, karena sejumlah
aktor secara rasional berusaha memecahkan masalah publik melalui prosedur
pengambilan keputusan secara rasional.
1.2 Rumusan masalah
- Apa pengertian dan ciri-ciri Teori Rasional
Komprehensif ?
- Apa pengertian dan ciri-ciri Teori Inkremental?
- Apa fungsi dari Teori Pengamatan Terpadu ?
- Sebutkan ide-ide untuk tercapainya Teori Elit menurut
pakar kebijakan publik ?
- Konteks apa saja yang terdapat pada Teori Proses ?
- Bagaimana konsekuensi teori kelompok untuk
menanggulangi kebijakan publik ?
- Bagaimana pengambilan keputusan dalam kelembagaan ?
1.3 Tujuan
1
Mengetahui pengertian dan
ciri-ciri Teori Rasional Komprehensif.
2
Mengetahui pengertian dan karakteristik
Teori Inkremental.
3
mengetahui fungsi dari Teori
Pengamatan Terpadu.
4
Mengetahui ide-ide untuk
tercapainya Teori Elit menurut pakar kebijakan publik.
5
Mengetahui konteks yang terdapat
pada Teori Proses.
6
Mengetahui konsekuensi teori
kelompok untuk menanggulangi kebijakan publik.
7
Mengetahui pengambilan keputusan
dalam kelembagaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan ciri-ciri Teori Rasional Komprehensif
Teori rasional komprehensif adalah Suatu kerangka
pendekatan yang logis dan teratur, mulai dari diagnosis sampai kepada tindakan
yang didasarkan pada analisis fakta yang relevan. Diagnosis masalah yang dikaji
melalui kerangka teori dan nilai-nilai, Perumusan tujuan dan sasaran dalam
rangka pemecahan masalah diarahkan untuk merancang alternatif cara-cara untuk
mencapai tujuan, dan pengkajian atas efektivitas cara-cara tersebut adalah :
-
Pengambilan keputusan
dihadapkan kepada suatu masalah tertentu yang terpisah dari masalah-masalah
lainnya, atau paling tidak, dapat diperbandingkan dengan masalah-masalah
lainnya;
-
Tujuan, nilai, dan target
diperjelas, dan disusun secara berurutan sesuai dengan derajat pentingnya;
-
Berbagai alternatif untuk
memecahkan masalah, hal ini melalui
tahap pengujian dari pihak terkait.
-
Seluruh konsekuensi (bahaya
dan manfaat) dari setiap pilihan alternatif. Teori komprehensif lebih
mengkrucut pada kepentingan bersama yang notabeni melihat pada akibat.
-
Setiap alternatif beserta
konsekuensinya, diperbandingkan dengan alternatif-alternatif lainnya.
-
Pengambil keputusan memilih
alternatif yang dapat memaksimalkan pencarian tujuan, nilai dan target.
Teori ini juga merupakan salah satu
perangkat guna menjelaskan fenomena kebijakan publik yang paling banyak
diterima di antara berbagai teori lainnya. Beberapa elemen teori
rasional-komprehensif antara lain,
-
Pembedaan makna dari berbagai masalah yang ada .
-
Pencapaian tujuan, nilai dan objektivitas merupakan hal
penting bagi pembuat keputusan
-
Memiliki beragam alternatif atas masalah yang dihadapi
-
Tiap alternatif dapat dibandingkan dengan alternatif
lain
-
Konsekuensi alternatif turut dipertimbangkan demi
pencapaian optimal tujuan, nilai dan objektivitas.
Untuk membedakan model rasional komprehensif dengan
model lain maka terdapat atau memiliki karakteristik, antara lain :
-
Penentuan nilai-nilai dan
tujuan-tujuan berbeda dan biasanya merupakan prasyaratan untuk mengadakan
analisis empiris terhadap alternatif-alternatif kebijakan,
-
Perumusan kebijakan bisa
melalui analisis cara dan tujuan. Tentukan terlebih dahulu tujuan, kemudian
cari cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,
-
Penilaian terhadap suatu
kebijakan dapat dilihat dari ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan,
-
Analisis yang dilakukan
secara paripurna (komprehensif), sehingga setiap faktor yang relevan dan
penting harus dipertimbangkan dengan seksama,
-
Sangat melandaskan diri
pada teori.
v Ciri-ciri Teori Rasional Komprehensif
-
Dilandasi oleh keinginan
untuk mencapai tujuan yang utuh
-
Didasari oleh seperangkat
spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh dan terpadu
-
Peramalan yang tepat serta
ditunjang oleh sistem informasi yang lengkap, handal dan rinci
-
Peramalan yang diarahkan
pada tujuan jangka panjang
2.2 Pengertian dan Karakteristik Teori Inkremental
Uraian mengenai model ini, dicetuskan oleh Charles E.
Lindblom dalam bukunya yang berjudul “The Science of Muddling Through”
menjelaskan mengenai proses pembuatan keputusan dengan model yang disebut “disjointed
incrementalism” atau disebut dengan model inkremental.
Inkremental sendiri berarti kebijakan yang mengalami
perubahan sedikit-sedikit. Model ini memandang kebijakan publik sebagai suatu
kelanjutan kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa lalu dengan hanya menambah atau
merubahnya (modifikasi) sedikit-sedikit. Perlu diketahui bahwa model ini dibuat
atas dasar kritiknya terhadap model rasional komprehensif.
Karakteristik/ ciri-ciri model Inkremental :
1.
Pemilihan nilai-nilai dan
tujuan-tujuan disatu pihak serta menganalisis empiris terhadap tindakan yang
diperlukan dipihak lain tidak dibedakan satu sama lain tetapi saling berkaitan.
2.
Karena sarana/cara dan tujuan
tidak dapat dipisahkan maka analisis cara/sarana dan tujuan seringkali tidak
tepat atau terbatas.
3.
Penentuan atas suatu kebijakan
yang dapat dikatakan “baik” adalah bila pembuat kebijakan memberikan
kesepakatan secara langsung terhadap kebijakan yang dibuat (kendatipun mereka
tidak sepaham tentang cara/sarana yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut).
4.
Analisis dibatasi secara drastis
yaitu dengan mengabaikan :
a. kemungkinan-kemungkinan untuk memperoleh hasil yang paling
baik/sempurna,
b. Alternatif-alternatif kebijakan yang paling potensial,
c. Nilai-nilai yang paling berpengaruh.
d. Serangkaian kegiatan membandingkan kebijakan yang lama dengan
yang baru banyak mengurangi peranan teori.
Dari hal itu Terry W. Hartle telah memberikan kesimpulan atas kelima
karakteristik model inkremental sebagai berikut:
1.
Pembuat keputusan tidak keputusan
tidak berusaha meneliti dan menilai secara komperensif semua alternatif
kebijakan tetapi memusatkan perhatiannya hanya pada kebijakan yang berbeda
secara inkremental (berbeda sedikit) dengan kebijakan yang telah ada
sebelumnya.
2.
Pembuat kebijakan hanya akan
mempertimbangkan sejumlah kecil alternatif-alternatif kebijakan
3.
Setiap alternatif kebijakan hanya
akan dinilai secara terbatas dampak-dampak kebijakan yang penting saja.
4.
Setiap masalah yang menentang
pembuat keputusan secara terus-menerus diredifinisikan. Inkrementalisme
memberi kesempatan penyesuaian tujuan-cara/sarana dan cara/sarana-tujuan yang
tidak ada hentinya dengan maksud agar masalahnya dapat diselesaikan secara
lebih mudah.
5.
Tidak akan ada keputusan-keputusan
atau pemecahan masalah yang dianggap benar, tetapi merupakan serangkaian
serangan yang tidak pernah ada hentinya terhadap masalah-masalah yang melalui
serangkaian analisis dan penilaian.
6.
Sehubungan dengan itu, maka
pembuat keputusan inkramental digambarkan bersifat mengobati (remidial) yaitu
lebih diarahkan pada pemecahan masalah-masalah sosial yang kongkrit yang ada
sekarang dan bukannya untuk meningkatkan pencapaian tujuan-tujuan sosial dimasa
yang akan datang.
Hal yang paling mendasar dari model inkramental adalah dari adanya
keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam pembuat keputusan, maka model
inkremental hanya memusatkan perhatiannya pada modifikasi atas kebijakan yang
ada sebelumnya. Yang menjadi landasan pembuat kebijakan publik adalah pada
hasil evaluasi dan analisis empiris terhadap program-program dan kebijakan-kebijakan
publik yang telah dilaksanakan sebelumnya dengan hanya menambah mengurangi dan
memodifikasi program dan kebijakan publik tadi sedikit-sedikit untuk dipakai
sebagai dasar pembuatan kebijakan yang baru. Dengan kata lain kebijakan baru
adalah variasi dari kebijakan sebelumnya.
Model pembuatan kebijakan inkremental adalah yang paling cocok untuk
masyarakat yang majemuk.
2.3 Fungsi dari Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Beberapa
kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang dikemukakan
oleh ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan terpadu (Mixid
Scaning) sebagai suatu pendekatan untuk mengambil keputusan baik yang
bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental
memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan
fundamental sesudah keputusan-keputusan itu tercapai.
Model
pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para pembuat keputusan
menggunakan teori rasional komprehensif dan teori inkremental pada situasi yang
berbeda-beda.
Model
pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang
menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental
dalam proses pengambilan keputusan.
2.4 Ide-ide untuk tercapainya Teori Elit menurut pakar kebijakan
publik.
Teori elit menganggap
bahwa kebijakan publik sekedar representasi dari sekelompok elit yang berkuasa
(pemerintah). Teori ini menjelaskan termarginalkannya massa dalam proses pembuatan kebijakan.
Thomas Dye dan Zeigler dalam The Irony of Democracy meringkas beberapa
ide dari teori elit yang antara lain,
-
Masyarakat tersegregasi pada kelompok yang memiliki
kekuasaan dan tak memiliki kekuasaan
-
Sebagian kecil dari mereka yang memiliki kekuasaan
adalah pemerintah
-
Gerakan elit pada mulanya bersifat perlahan dan
berkelanjutan guna menjaga stabilitas dan revolusi
-
Elit berpengaruh besar pada kesepakatan sistem sosial
-
Kebijakan publik tak merepresentasikan kepentingan massa melainkan elit
-
Elit lebih mempengaruhi massa
di bandingkan massa
mempengaruhi elit
Disadari atau tidak,
teori elit lebih memusatkan perhatian pada kepemimpinan sistem politik yang
dengan demikian teori ini lebih memiliki kapabilitas guna menjelaskan fenomena
yang terjadi pada negara-negara otoritarian dan totalitarian semisal berbagai
negara blok komunis di banding dengan negara plural layaknya Amerika.
2.5 konteks yang terdapat pada Teori Proses.
Dalam teori proses ini di bagi menjadi beberapa konteks yaitu :
1)
Teori pengharapan
2)
Pembentukan perilaku
3)
Teori porter-lawler
4)
Teori keadilan
1.
Teori penghargaan
Konsep ini berhubungan erat dengan motivasi, menurut
Victor Vroom, “pengharapan bahwa peningkatan usaha akan mengarah ke
peningkatan balas jasa”.
2.
Pembentukan Perilaku
Adalah
tindakan/ pendekatan lain terhadap motivasi yang dapat mempengaruhi dan merubah
perilaku kerja.
Ada 4
teknik yang dapat dipergunakan manager untuk mengubah perilaku bawahan :
1.
Penguatan positif
2.
Penguatan negatif
3.
Pemadaman
4.
hukuman
3.
Teori porter lawler
Adalah teori pengharapan dari motivasi dengan versi
orientasi masa mendatang dan juga menekankan antisipasi tanggapan-tanggapan
atau hasil-hasil.
Model ini menyajikan bagaimana seharusnya memotivasi
bawahan dan juga implikasi bagi organisasi, model tersebut mencakup:
a)
Pemberian penghargaan yang sesuai
dengan kebutuhan bawahan
b)
Penentuan prestasi yg diinginkan
c)
Pembuatan tingkat prestasi yang
dapat dicapai
d)
Penghubungan penghargaan dengan
prestasi
e)
Penganalisaan faktor2
yg bersifat berlawanan dengan efektivitas penghargaan
4.
Teori keadilan
Teori ini mengemukakan bahwasanya orang akan selalu
cenderung membandingkan antara masukan-masukan yang mereka berikan pada
pekerjaanya dalam bentuk pendidikan, pengalaman, dan usaha.
2.6 konsekuensi teori kelompok dalam kebijakan publik.
Teori ini menekankan
kebijakan publik sebagai produk dari perjuangan antarberbagai kelompok yang
saling bersaing. Dalam hal ini, ia dapat menjadi kelompok kepentingan ketika
melakukan klaim melalui jalur pemerintahan. Pada perkembangannya, cukup banyak
pula ditemui berbagai kelompok kepentingan yang pada akhirnya terintegrasi
dalam mekanisime sistem politik.
2.7 Pengambilan keputusan dalam Teori Kelembagaan.
Dalam
tori kelembagaan seharusnya ada pengambilan keputusan yang bisa menghasilkan
keputusan akurat, guna pencapaian dalam situasi tertentu. Dan juga melihat pada
konsekuensinya untuk mempertimbangkan yang pasti dan tidak pasti. Keputusan
kelembagaan juga berpengaruh pada lingkungan di sekitar kita yang pada akhirnya
memotivasi kita untuk bertindak berdasarkan koredor yang yang telah kita putuskan.
Langkah-langkah dalam membuat keputusan semantik dalam kelembagaan sebagai
berikut :
1)
Menggambarkan
dan mengenali masalah dan kesempatan.
2)
Mengidentifikasi
dan menganalisis macam langkah tindakan
3)
alternatif,
mengestimasi pengaruhnya dalam masalah atau kesempatan.
4)
Memilih
tindakan yang sesuai dengan keputusan.
5)
Mengimplikasikan
tindakan yang berdasarkan peraturan kelembagaan.
6)
Mengevaluasi
hasil dan kelanjutannya sebagaimana diperlukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori rasional komprehensif termasuk proses politik,
yang pada setiap tahap akan timbul negosiasi dan kompromi dari masing-masing
actor yang terlibat, dengan pertimbangan politik masing-masing. Juga didalamnya
terdapat ciri-ciri yang hal itu menjelaskan tentang akibat dari teori dan model-model
tertentu yang mempunyai karakteristik masing-masing, teori incremental. Dalam
hal ini kebijakan publik yang semula dianggap mementingkan kepentingan diri
sendiri kini mengacu pada kepentingan bersama dan hak masing-masing. Juga mempunyai alternatif-alternatif tertentu.
Seperti yang di kukakan teori proses dan teori kelembagaan yang hal ini
mengedepankan keputusan dan hak
masing-masing. Disamping mempunyai perbedaan juga merespon pada karakteristik
teori itu sendiri.
3.2 Saran
a.
Agar mementingkan hak bersama dan
mendahulukan kebijakan publik.
b.
Supaya bisa menganlisa pada
pokok-pokok tertentu yang hasilnya tidak merugikan.
c.
Supaya mengedepankan keputusan,
aturan yang berlaku dan di buat resmi.
d.
Harus menekankan kepentingabn
kelompok yang sudah di revisi oleh pemerintah.
No comments:
Post a Comment